Sebagai salah sifat atau akhlak yang
terpuji, sabar dan syukur merupakan ajaran yang banyak sekali disinggung dalam
ayat maupun hadis Rasulullah saw, sehingga dengan demikian, manusia senantiasa
diarahkan untuk tetap bersikap sabar dan syukur dalam segala aspek
kehidupannya. Dalam prakteknya, kesabaran yang sebenarnya adalah kemampuan
dalam mengendalikan sikap, sehingga bisa dengan ikhlas dan rela hati menerima
kondisi yang dihadapinya saat ini demi balasan yang baik di akhirat.
Seseorang yang memiliki kesabaran yang tinggi, memiliki ketangguhan menghadapi berbagai cobaan dan tantangan hidup yang menghadangnya. Sebab kesabaran itu merupakan kekuatan dahsyat yang amat besar bagi seseorang yang ingin meraih sukses dalam kehidupan. Hampir seluruh aspek kehidupan membutuhkan kesabaran, dan sikap sabar merupakan salah satu “akhlak Qur’ani” yang paling banyak dibicarakan dalam al-Qur’an. Menurut Imam Al-Ghazali ada 70 kali Al-Qur’an menyebutkannya, menurut Ibnul Qayyim 90 kali, bahkan menurut al-Nadhir 100 kali sikap sabar ini disebut-sebut dalam Al-qur’an. Itu mengindikasikan bahwa sabar merupakan amalan paling utama yang menentukan keberhasilan hidup dan aktivitas manusia.
Islam tidak mengenal batas dalam kesabaran, sebagaimana sering dijadikan alasan oleh sebagian orang untuk melegalkan perbuatannya diluar batas kesabaran. Dalam Islam ditekankan bahwa setiap mukmin harus tetap dalam kesabaran agar dapat meningkatkan kualitas mentalnya.
Adapun bentuk kesabaran yang diajarkan dalam Islam adalah kesabaran progresif dan dinamis, bukan kesabaran yang represif statis yang dapat memandulkan kreatifitas dan aktifitas seseorang itu. Kesabaran yang dinamis itu ditunjukkan dengan sikap pantang menyerah, tangguh dan ulet dalam menghadapi berbagai tantangan dan cobaan hidup. Kesabaran yang dinamis itu harus dimotifasi oleh semangat kerelaan untuk menunda kesenangan sesaat, demi kebahagiaan yang abadi di akhirat. Inilah kesabaran yang nantinya akan membuat seseorang menjadi lebih dekat dengan Tuhannya, sebagaimana al-Qur’an menyebutkan:
“Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bersabar”.
Sebagai penutup khutbah kita kali ini dapatlah kita simpulkan bahwa sabar sangat dituntut dalam segala aspek kehidupannya. Sikap sabar ditunjukkan dengan kerelaan hati menerima kondisi yang dihadapinya saat ini demi kepentingan akhirat. Sebab pahala atas kesabaran itu berupa pahala yang bersar yang akan diperoleh di akhirat.
Seorang yang memiliki kesabaran yang tinggi, memiliki ketangguhan menghadapi berbagai cobaan, dan sikap sabar merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan hidup dan aktivitas manusia. Tidak ada batasan dalam kesabaran, karena kesabaran itu dapat menjadikan seseorang lebih dekat dengan Tuhannya.
Bagi mereka yang ingin mendapatkan kemuliaan dan derajat yang tinggi, hendaklah berusaha semaksimal mungkin agar dapat menjalankan kesabaran dan kesyukuran dengan baik, sebab kedua hal tersebut sangat berpengaruh untuk mengangkat harkat dan martabat seseorang menjadi lebih baik.
Beberapa firman Allah tentang sifat sabar :
Allah
Ta'ala berfirman:
"Hai sekalian orang yang beriman, bersabarlah dan
cukupkanlah kesabaran itu." (ali-lmran:
200)
Allah
Ta'ala berfirman pula:
"Niscayalah Kami akan memberikan cobaan sedikit
kepadamu semua seperti ketakutan,
ketaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan, kemudian
sampaikaniah berita gembira kepada
orang-orang yang sabar." (al-Baqarah: 155)
Lagi
Allah Ta'ala berfirman:
"Sesungguhnya orang-orang yang bersabar itu akan
dipenuhi pahala mereka dengan tiada
hitungannya - kerana amat banyaknya." (az-Zumar: 10)
Juga
Allah Ta'ala berfirman:
"Orang yang bersabar dan suka memaafkan, sesungguhnya
hal yang demikian itu niscayalah
termasuk pekerjaan yang dilakukan dengan hati yang
teguh." (as-Syura: 43)
Allah
Ta'ala berfirman pula:
"Mintalah pertolongan dengan sabar dan mengerjakan
shalat sesungguhnya Allah bersama
orang-orang yang sabar." (al-Baqarah: 153)
Lagi
Allah Ta'ala berfirman:
"Dan sesungguhnya Kami hendak menguji kepadamu semua,
sehingga Kami dapat mengetahui
siapa di antara engkau semua itu yang benar-benar berjihad
dan siapa pula orang-orang yang
bersabar." (Muhammad:
31)
Ayat-ayat
yang mengandung perintah untuk bersabar dan yang menerangkan
keutamaan
sabar itu amat banyak sekali dan dapat dimaklumi.
Dari
Abu Said yaitu Sa'ad bin Malik bin Sinan al-Khudri radhiallahu 'anhuma
bahwasanya
ada beberapa orang dari kaum Anshar meminta - sedekah - kepada Rasulullah
s.a.w.,
lalu beliau memberikan sesuatu pada mereka itu, kemudian mereka meminta lagi
dan
beliau
pun memberinya pula sehingga habislah harta yang ada di sisinya, kemudian
setelah
habis
membelanjakan segala sesuatu dengan tangannya itu beliau bersabda:
"Apa
saja kebaikan - yakni harta - yang ada di sisiku, maka tidak sekali-kali akan
kusimpan
sehingga tidak kuberikan padamu semua, tetapi oleh sebab sudah habis, maka
tidak
ada yang dapat diberikan. Barangsiapa yang menjaga diri - dari meminta-minta
pada
orang
lain, maka akan diberi rezeki kepuasan oleh Allah dan barangsiapa yang merasa
dirinya
cukup maka akan diberi kekayaan oleh Allah - kaya hati dan jiwa - dan
barangsiapa
yang
berlaku sabar maka akan dikarunia kesabaran oleh Allah. Tiada seorangpun yang
dikaruniai
suatu pemberian yang lebih baik serta lebih luas – kegunaannya - daripada
karunia kesabaran
itu." (Muttafaq 'alaih)
Dari
Anas r.a., katanya: "Nabi s.a.w. berjalan melalui seorang wanita yang
sedang
menangis di atas sebuah kubur. Beliau bersabda: "Bertaqwalah kepada Allah
dan
bersabarlah!"
Wanita itu berkata: "Ah, menjauhlah daripadaku, kerana Tuan tidak terkena
mushibah
sebagaimana yang mengenai diriku dan Tuan tidak mengetahui mushibah apa
itu."
Wanita tersebut diberitahu – oleh sahabat beliau s.a.w. - bahwa yang diajak bicara
tadi
adalah
Nabi s.a.w. Ia lalu mendatangi pintu rumah Nabi s.a.w. tetapi di mukanya itu
tidak
didapatinya
penjaga-penjaga pintu. Wanita itu lalu berkata: "Saya memang tidak
mengenai
Tuan
- maka itu maafkan pembicaraanku tadi." Kemudian beliau s.a.w. bersabda:
"Hanyasanya
bersabar - yang sangat terpuji - itu ialah di kala mendadaknya kedatangan
mushibah yang
pertama." (Muttafaq 'alaih)
Dari
Abu Abdur Rahman, yaitu Abdullah bin Mas'ud r.a. katanya: "Seakan-akan
saya
melihat kepada Rasulullah s.a.w. sedang menceriterakan tentang seorang Nabi
dari
sekian
banyak Nabi-nabi shalawatuliah wa salamuhu 'alaihim. Beliau dipukuli oleh
kaumnya,
sehingga
menyebabkan keluar darahnya dan Nabi tersebut mengusap darah dari wajahnya
sambil
mengucapkan: "Ya Allah ampunilah kaum hamba itu, sebab mereka itu memang
tidak
mengerti."
(Muttafaq 'alaih)
Imam Hambali pernah berkata: orang yang tidak menginginkan
ujian dari ALLAH, berarti orang tsb tidak mau dikreatifkan hidupnya.
Comments
Post a Comment